Senin, 30 September 2013

The Inspiring Man

Sudah hampir 2 tahun aku bersekolah disitu. Banyak warna yang ku dapatkan. Mulai dari hitam yang sangat flat sampai dengan putih yang sangat berbalik seratus delapan puluh derajat. Atau bahkan rainbow yang sangat beraneka ragam warna.
Banyak teman yang kudapatkan di sekolah itu.
Dan karakternyapun bermacam-macam. Dengan adanya mereka, aku bisa belajar bagaimana cara menghadapi orang-orang yang memiliki berbagai macam karakter. Tapi itu tidak semudah yang aku kira. Memang sih nggak semua orang yang aku kenal karakternya itu bisa aku pahami secara mendalam. Tapi setidaknya aku bisa tahu sikap-sikap mereka yang sangat lucu-lucu itu. Mulai dari yang pendiam sampai yang tanpa disuruh cerita, dia sudah berpidato panjang lebar di depan kita-kita.
Pertama kali memasuki sekolah tersebut, Karena wali kelasku saat itu tidak hadir, jadi ada seorang guru yang menggantikan wali kelasku untuk menunjukan dimana kelas yang harus kami tempati dan jadwal pelajaran untuk hari-hari esok. Sebelumnya aku sudah pernah melihat beliau pada saat aku mendaftarkan diri sebagai siswa di sekolahku. Dan saat aku bertemu dengan beliau, aku berpikiran bahwa guru ini sangat baik sekali. Setelah dia menunjukanku dimana kelas yang harus aku tempati, dia sangat tegas dalam perkataan dan sikap. Sehingga Teman-teman di kelasku menilai bahwa beliau adalah salah satu guru  killer yang berada di sekolah ini.
Ternyata selain mengajar, beliau juga sebagai pembina osis di sekolahku. Karena aku juga termasuk salah satu pengurus osis, jadi dari situlah aku mulai akrab dengan beliau. Penilaian mereka saat pertama kali melihat guru itu ternyata salah besar.  Saat beliau mengajar di kelas ku, dia tidak se-killer apa yang pertama kali teman-temanku ucapkan kok. Beliau sangat friendly kepada kami. Dan itu semua membuat kami lebih bersemangat dan tidak terlalu tegang saat belajar.

Berdasarkan informasi yang aku dapat, guru itu tidak hanya berprofesi sebagai guru dan sebagai pembina osis. Tetapi beliau juga masih berkuliah melanjutkan S2 nya. Dan kata teman kuliahnya yang kebetulan juga pelatih teaterku semasa SMP, "Beliau itu orangnya sangat perfect. Saat kami masih belum mengerjakan tugas kuliah, dialah satu-satunya orang yang sudah mengerjakannya secara sempurna." Subhanallah, kata-kata pelatihku ini sangat membuatku berpikiran bahwa guru itu sangat disiplin. Di zaman yang serba ngaret ini ternyata masih ada orang yang seperti itu. Yang  sangat aku kagumkan adalah bagaimana dia membagi waktu sedemikian rupa agar waktu yang dimiliki tidak berbenturan dengan yang lain.

Menurutku, dia selalu ada waktu untuk OSIS.  Saat itu  kami ingin mengadakan kegiatan rutin tahunan. Dan saat aku berada disana untuk membersihkan salah satu ruangan yang nantinya akan dipakai buat tidur. Dan setelah selesai membersihkan ruangan itu, aku dan teman-teman kembali ke kelas untuk belajar. Memang sih saat itu masih waktunya siswa untuk beristirahat. Jadi tak begitu banyak orang yang berada di dalam kelas. Lalu saat temanku baru datang dari kantin, dia bertanya kepadaku, "Hey, guru itu memang suka bersihin ruang itu sendirian kah?" "Kurang tau juga sih, emangnya kenapa?" "Itu, tadi pas aku lewat ruangan kalian, aku melihat beliau bersihin ruangan itu sendirian." Mendengar perkataan tersebut, aku merasa menjadi siswa yang kehilangan tanggung jawab, merasa bersalah. Padahal aku dan teman-temanku sudah membersihkannya, tapi beliau membersihkan ulang lagi. "Sini pak, biar saya saja yang membersihkannya." Aku dan seorang temanku ingin mengambil alih pekerjaan itu. Kemudian beliau menjawab, "Iya, nggak papa. Biar saya aja yang membersihkannya. Kasihan kalian nanti kalau tidur disini jadi gatal-gatal. Makannya saya bersihkan ulang." Mendengar perkataan itu, hatiku sangat tertegun. Beliau sangat peduli dengan murid-muridnya sehingga dia mau untuk turun langsung agar muridnya baik-baik saja. Sungguh, begitu mulianya hati guru itu. Mungkin itu hanya sedikit sikapnya yang ku ketahui. Belum lagi masih banyak perbuatan luar biasa yang dia lakukan dibelakang  kami untuk murid-muridnya.
 Terimakasih bapak sudah rela berkorban demi murid-muridnya sehingga bapak lebih mementingkan murid-murid bapak daripada diri bapak sendiri. Pengorbanan bapak itu tidak semudah yang dipikirkan oleh banyak orang. Sekali lagi, terimakasih pak.

1 comments:

cancut berkedok jeans mengatakan...

selamat ulang tahun pak luthfi :D

Posting Komentar

Design by: Ghina Rahimah. Diberdayakan oleh Blogger.