Jumat, 11 Oktober 2013

Cinta Datang Terlambat


        Berawal dari sebuah organisasi aku mulai mengenalnya. Awalnya biasa-biasa saja. Aku hanya mengenalnya sebatas kenal tidak lebih. Orang yang biasa aku panggil Rifky ini sangat jago dalam hal seni. Dia pernah menjuarai lomba mewakili Indonesia di Perth. Dengan membawakan Tari dayak Kalimantan, dia berhasil meraih juara pertama di negara orang dan mengharumkan tanah air tercinta ini. Keahliannya
dalam bidang seni sudah tidak di ragukan lagi. Kami teman-temannya merasa bangga punya teman seperti dia.
****
          “Mbak, hari ini jam berapa rapat dimulai?”  Sambil menyeruput segelas teh manis yang ada di atas meja biru, aku membalas pertanyaannya melalui handphone merah ini. “Maaf ini siapa?” ”Ini Rifky Mbak Vionaaa” Aku hampir lupa saat dia meminta nomorku kemarin siang saat mengadakan pertemuan rutin. “Ohh. Kamu toh, Rif. Manggilnya nggak perlu pakai kata Mbak juga kali. Berasa tua banget kan jadinya..” Aku dan Rifky memang tidak satu angkatan. Aku lebih tua satu tingkat dengan dia. Tetapi yang membuatku heran, dia tidak mau memanggilku dengan sebutan kakak seperti siswa-siswa yang lainnya. Jadi dia biasa memanggilku Mbak, Neng atau hanya dengan nama saja. Agar bisa lebih friendly katanya. Kalau menurutku sih, apapun panggilan dia kepadaku selagi tidak yang aneh-aneh aku terima-terima saja. Tetapi aku agak risih apabila dia memanggilku dengan sebutan Mbak. Sedangkan yang lain tidak dia panggil seperti itu. Terasa sangat tua sekali bagiku.
                Aku sudah hadir disini satu jam sebelum rapat dimulai. Ruangan ini masih sepi. Tak ada satupun yang datang dan aku disini seorang diri hanya di temani dengan alunan-alunan instrument Depapepe. Saat aku sedang asyik dengan diriku sendiri mendengarkan musik, ada seseorang yang datang menghampiriku. “Hoy! Jangan melamun sendirian. Nanti kesambet loh!”  Aku tersontak kaget. Rifky rupanya yang menghampiriku. Disana hanya aku dan dia berdua. Kami mulai ngobrol sambil menunggu yang lain datang. Satu persatu yang lain mulai berdatangan hingga waktu rapat pun di mulai. Rapat kali ini hanya mengevaluasi saja. Jadi tidak terlalu kaku. Setelah rapat ini selesai kami hanya bergurau ria. “Vi, Yudi dimana ya? Kok dari tadi nggak keliatan?”   “Aku nggak tau, Gha. Mungkin dia lagi ada urusan makannya nggak bisa hadir hari ini” Sambil membuka snack yang ada, aku dan yang lain tetap melanjutkan pembicaraan. “Kalau Radith kamu tau nggak dia dimana, Vi?”  Egha kembali bertanya kepadaku. ”Tentunya di hati aku donggg!” Aku menjawabnya dengan penuh keisengan. Seketika Dhara kaget dengan perkataanku barusan. “Hah? Rif, kamu dengar tidak apa yang Kak Viona bilang barusan?” Rifky sedang asik sendiri memandang laptop dan mulai melepas headset yang dia gunakan.“Kenapa? Aku nggak denger tadi kalian ngomong apaan?” “Yah, kamu sih daritadi asik sama laptopmu sendiri!” Sahut Dhara. Apakah ada yang salah dengan perkataanku tadi? Apakah aku salah mengatakan kalau kekasihku berada di hatiku? Aku rasa tidak. Tapi kenapa ekspresi Dhara seperti orang kaget begitu? “Emangnya ada apa de? Kok kayak kaget gitu?” “Kak Vio udah punya pacar?” “Sudah. Memangnya kenapa de?” “Hmm, nggak kenapa-kenapa kok kak. Hehe”  Sikap Dhara aneh sekali. Yang tadinya kaget, langsung terlihat cengengesan begitu.  Setelah mendengar hal itu dia langsung menghampiri Rifky dan berbicara sesuatu.
Sepertinya ada sesuatu dari raut wajah Dhara yang terlihat sangat serius saat mengatakan sesuatu itu kepada Rifky. Dan wajah Rifky pun saat mendengarnyapun langsung berubah. Terlihat tidak semangat. “Gha, mereka itu lagi ngomongin apasih? Kok kelihatannya serius banget?” Tanyaku kepada Egha. “Aku juga ngga tau, Vi. Tanya langsung saja kepada mereka.” Mereka berdua sangat aneh. Ah biarkan saja. Mungkin itu masalah mereka. Aku yang disini tidak berhak untuk ikut campur. Kemudian Dhara kembali berkumpul bersama kami lagi. Kami mulai tertawa lagi mendengar lelucon yang dibuat oleh Egha. Aku melihat kearah Rifky yang kebetulan tepat berada di depanku. Wajahnya sangat berubah setelah Dhara memberi tahu sesuatu tersebut.  Mungkin mereka tidak menyadarinya, tetapi aku menyadarinya. Rasa penasaranku itu terus larut.
                 ****
                Aku dan Radith sudah lama menjalin hubungan. Dimataku dia berbeda dengan yang lain. Orangnya selalu bisa membuat kita yang disampingnya ini selalu tertawa. Suatu ketika aku dan dia bermasalah. Satu bulan hubungan kami mulai merenggang. Dia mulai berubah, perhatiannya sudah tak seperti dulu lagi. Terlalu banyak alasan yang dia kemukakan di depanku. Bahkan dalam sehari itu kami bisa tak saling berkomunikasi. Terasa aneh. Dan satu bulan itu pula aku mulai merasakan hal yang lain. Aku selalu bercerita terhadap satu orang yang mungkin aku anggap dia bisa menjaga rahasiaku.  Di minggu pertama, aku selalu gelisah dengan ke anehan Radith yang tidak seperti biasanya dan semua itu aku ceritakan kepada seseorang. Dia hanya mendukung dan menyupport  ketika aku bercerita tentang Radith. Bisa dibilang he is my moodbooster. Lama kelamaan aku mulai terbiasa dengan keadaan ini. Jarang ketemu, jarang mendapat kabar dari Radith. Dan lama kelamaanpun aku mulai merasa nyaman dengan kehadiran orang lain. Mungkin saat itu posisi Radith sudah di ambil alih dengan dirinya. Bahkan sikap dia ke aku jauh lebih care di banding Radith. Banyak waktu yang sudah aku habiskan dengannya setelah seminggu tanpa kabar dari Radith.
                ****
                Semua panitia sangat sibuk mempersiapkan acara pada hari minggu ini. Aku menjadi salah satu panitianya. Aku sangat bersemangat, karena ada dirinya yang selalu menyemangatikku. Moodbooster yang selalu bisa menghiburku ketika perasaanku mulai kacau. Saat aku mengangkat kursi seorang diri, Rifky datang membantuku membawakan kursi tersebut. Saat aku menyapu ruangan, dia membantuku membereskan peralatan sekitar agar terlihat rapi.  Saat Hari H nya pun begitu juga. Setelah acara selesai, kami membersihkan ruangan tersebut. Dan lagi-lagi Rifky membantuku. Kami mulai beristirahat dan makan bersama.Dan pada saat itu nasi yang di pesan oleh panitia kurang satu. Kebetulan aku yang tidak kebagian jatah nasi tersebut. Jadi aku dan makan satu kotak berdua.  Tidak bisa dibayangkan. Betapa bahagianya diriku. Hampir saja aku lupa bahwa saat itu aku masih berstatus pacaran dengan Radith.
                Malam itu yang hanya ada di otakku hanya Rifky, Rifky dan hanya Rifky. Saat melihat kearah handphone ku yang menyala, terlihat tulisan “Radith Called” Aku kaget. Rupanya dia masih mengingatku. Aku mengangkat telponnya. Dan disitu dia menjellaskan panjang lebar alasan mengapa dia tidak mengubungi ku. Entahlah aku mulai bingung dengan semua ini. Apa yang harus aku lakukan? Apa mungkin aku meninggalkan Radith demi Rifky? Tetapi diriku masih cinta dengan Radith walaupun rasa itu sudah mulai pudar.  Begitu juga dengan Rifky. Rasa sayang itu mulai timbul perlahan-lahan. Sebenarnya Rifky sudah lama memendam perasaannya kepadaku. Hanya saja dia tidak berani mengungkapkannya karena aku sudah memiliki Radith. Dan saat ini perasaanku ke Rifky sama dengan dirinya. Kami sama-sama memiliki perasaan. Dan saat aku bertanya kepada Rifky, dia bilang bahwa dia mau menungguku sampai aku sendiri.

                Semuanya salah diriku, mungkin kalau saja waktu itu aku nggak curhat ke dia. Nggak akan menjadi seperti ini. Mungkin kalau aku tetap kokoh pada pendirianku, nggak bakal seperti ini, Tapi mau gimana lagi. Perasaan itu nggak bisa di bohongin dan datang dengan sendirinya. Nasi sudah menjadi bubur. Aku memilih untuk tetap bersama Radith walaupun hati ini masih terbagi dua. Aku akan rindu saat aku dan dia makan berdua dalam satu kotak. Aku akan rindu saat bangun tidur tidak ada lagi ucapan selamat pagi dari dirinya. Aku akan rindu dengat tatapan tajam matanya itu. Aku akan rindu saat membereskan bersama, saat mengangkat bangku bareng. Dengan alunan lagu dari Fatin Shidqia – Memilih Setia perlahan-lahan aku mencoba menguburkan semuanya dalam-dalam. Mungkin suatu saat akan ku gali lagi kenangan yang sudah terkubur itu.

0 comments:

Posting Komentar

Design by: Ghina Rahimah. Diberdayakan oleh Blogger.