Rabu, 17 Oktober 2012

My Mom is My Hero


Hp ku mengeluarkan getaran dan membangunkan aku dari tidurku itu. Terlihat di layar ponsel itu bertuliskan "Mama calling". Loh, kok mama nelpon? Sedikit bingung sih. Kan satu rumah, kok pake nelpon segala.Aku segera mengangkat telpon itu. "halo ma" "Halo ya, mama sudah di bandara ini. Tadi mama naroh uang di samping kasurmu." Seketika aku langsung bangun dan
rasa ngantuk itupun hilang. "Loh, mama udah dibandara? Kapan perginya" sambil melihat jam, ternyata saat itu jam sudah menunjukan pukul 06:00. "Mama sudah jalan daritadi. Jaga adikmu baik-baik ya." ternyata mama udah otw ke Bogor-Jakarta. Berarti semua tugas mama semuanya bakal aku yang handle. Hufttt, semangat Yaya!
Aku membangunkan kedua adikku agar segera bersiap untuk sekolah. Rasa malas-malasan yang mereka punya itulah yang membuat aku semakin jengkel dan kesal terhadap adikku. Sambil menunggu mereka bersiap-siap, aku menyiapkan sarapan untuk mereka. Setelah mereka bersiap-siap dan sarapan, akupun mengantar mereka ke sekolah. Untung saja sekolah adik-adiku itu dekat dari rumah. Setelah mengantar mereka aku membereskan ruangan-ruangan yang masih kotor. Tak terasa  sudah jam 11. Itu artinya aku harus bersiap-siap untuk sekolah. Akhirnya aku bisa melepas penatku ini walaupun hanya disekolah.
Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 17:35, akupun segera pulang kerumah. Sesampai dirumah bukan istirahat yang aku lakukan. Tetapi kembali membereskan rumah dan mengangkat jemuran-jemuran yang ada. Aku berpikir sejenak. "Ini baru hari pertama. Bagaimana aku harus menghadapi semua ini selama 2 minggu lamanya?" Pukul 19:15 aku baru selesai membereskan rumah tersebut. Capek. Hanya itu yang bisa aku ungkapkan. Karena didalam pikiran ku hanya ada kata itu dan itu. Setelah itu aku baru bisa istirahat.
Hari kedua sama seperti hari kemarin, tetapi hari kedua lebih melelahkan. Mungkin faktor habis pulang dari sekolah, terus ngeliat rumah berantakan. Jadi bawaannya marah-marah mulu -_-
"Aqilah, tutup gorden sama nyalakan lampu di depan!" perintahku kepada adik kedua ku itu. "Iya mbak." jawabnya. Dia cuma bilang iya aja tapi gak dikerjakan. 3 kali aku menyuruhnya tapi gak di kerjakan juga. Dan akhirnya aku sendirilah yang menutup gorden dan menyalakan lampu setelah semua pekerjaan yang aku lakukan itu selesai. "Capek woy capek! Kamu cuma aku suruh begitu aja gak mau di kerjakan. Kalau kamu ngurus dirimu sendiri emang bisa?! Emang kamu mau semua pekerjaan rumah ini apa?! Enggak kan!" gumamku dalam hati. Perasaan kesal, marah dan apapun yang bersifat negatif semuanya ada padaku saat itu. Biasanya aku bangun jam 8 dan yang masih bersantai-santai sambil menunggu waktu sekolah, kini harus bangun lebih awal untuk membangunkan kedua adikku, membuatkannya sarapan dan mengantarnya pergi kesekolah. Yang biasanya setelah pulang sekolah aku langsung mandi dan beristirahat, sekarang harus mengurusin pekerjaan rumah dan mengajarkan adikku pelajaran yang besok akan dia pelajari. Waktu istirahatku gak sebanyak kemaren-kemaren lagi, sampai-sampai aku tak memikiki waktu untuk belajar lagi. Seketika aku teringat tentang dua mata pelajaran yang besok akan mengadakan ulangan harian. Tapi aku belum  belajar satupun dari kedua mata pelajaran tersebut. Hingga keesokan harinya aku tak sempat  membereskan rumah karena ada jam pelajaran pagi. Dari jam 7 pagi aku sudah memulai materi pembelajaranku, dan aku tiba dirumah pukul 11:17. Memang sepertinya aku masih punya banyak waktu untuk belajar. Tetapi semua itu tidak terasa karena rumah yang tadi pagi aku tinggalkan itu masih berantakan. Pfttt, sepadat ini kah jadwalku? 
Sesampai di sekolah aku langsung membuka buku dan mencari waktu yang kosong untuk belajar. Yaa, walaupun cara seperti itu aku yakin hasilnya tidak maksimal, tapi tak apalah daripada tidak belajar. Beruntung ulangan pertama dan kedua telah aku lewati. Semuanya aku kerjakan dengan lancar. Tinggal menunggu hasilnya saja lagi.
Bel sekolah sudah bunyi dan artinya aku sudah boleh pulang. Hampir terlupakan tentang semua pekerjaan beserta isi rumah itu! Mungkin faktor capek sehingga amarah itu kian naik. Lagi-lagi aku harus mengerjakan ini, lagi-lagi aku harus mengerjakan itu. Hingga hari itu aku terjatuh sakit dan tetap harus melaksanakan tugasku itu. Seketika aku merenung. "Aku yang baru ditinggal sama mama 2 minggu aja udah ngomel-ngomel mulu, apalagi mama yang setiap hari melakukan semua pekerjaan itu?" disitu aku berpikir, betapa besar jasa seorang ibu. Aku tak pernah mendengar mamaku mengeluh. Dulu aku juga pernah seperti adikku yang apabila disuruh selalu membantah, beribu alasan pula yang aku keluarkan agar ibuku itu tidak jadi menyuruhku. Aku juga pernah bermalas-malasan pada saat dibangunkan pagi. Sekarang aku tau bagaimana rasanya menjadi seorang ibu yang tak kenal lelah.    
Walaupun dirumahku terdapat seorang pembantu tetapi ibuku tidak mau membebankan semua kepadanya. “ma, buat apa ada pembantu kalau kita masih mengurusi pekerjaan rumah?” kataku. “Coba kamu bayangkan seandainya kamu yang jadi pembantu, gimana rasanya kalau kamu mengurusi semua pekerjaan rumah sementara yang punya rumah ini gak pernah mengurusinya.”  Sahut ibuku. Dulu aku Cuma meremehkan pekerjaan-pekerjaan itu . “Cuma nyuci piring kok masih nyuruh aku sih, aku kan baru pulang sekolah. Kan masih ada embak yang bisa disuruh. Mama emang gak pernah ngertiin perasaanku.”  Dulu aku pernah berpemikiran seperti itu. Ternyata pemikiranku selama ini tentang itu semua salah.
Jangan hanya mengharapkan seseorang, karena selagi kita masih bisa membantu meringankan beban orang lain, kenapa kita tidak membantunya? Ibu maafkan aku yang pernah membuatmu marah walaupun amarahmu itu tak kamu perlihatkan kepadaku. Begitu tegarnya dirimu mengurus semua pekerjaan ini selama berhari-hari, bulan bahkan tahun.  Maafkan aku ibu.

“Jangan mengelak apabila orangtuamu yang menyuruh, walaupun itu hal yang sangat berat. Karena kita tidak tahu betapa banyak pekerjaan yang mereka kerjakan dibelakang kita”

0 comments:

Posting Komentar

Design by: Ghina Rahimah. Diberdayakan oleh Blogger.