Hp ku mengeluarkan getaran dan
membangunkan aku dari tidurku itu. Terlihat di layar ponsel itu bertuliskan
"Mama calling". Loh, kok mama nelpon? Sedikit bingung sih. Kan satu
rumah, kok pake nelpon segala.Aku segera mengangkat telpon itu. "halo ma" "Halo ya, mama
sudah di bandara ini. Tadi mama naroh uang di samping kasurmu."
Seketika aku langsung bangun dan
rasa ngantuk itupun hilang. "Loh, mama udah dibandara? Kapan perginya" sambil melihat jam, ternyata saat itu jam sudah menunjukan pukul 06:00. "Mama sudah jalan daritadi. Jaga adikmu baik-baik ya." ternyata mama udah otw ke Bogor-Jakarta. Berarti semua tugas mama semuanya bakal aku yang handle. Hufttt, semangat Yaya!
rasa ngantuk itupun hilang. "Loh, mama udah dibandara? Kapan perginya" sambil melihat jam, ternyata saat itu jam sudah menunjukan pukul 06:00. "Mama sudah jalan daritadi. Jaga adikmu baik-baik ya." ternyata mama udah otw ke Bogor-Jakarta. Berarti semua tugas mama semuanya bakal aku yang handle. Hufttt, semangat Yaya!
Aku membangunkan kedua adikku
agar segera bersiap untuk sekolah. Rasa malas-malasan yang mereka punya itulah
yang membuat aku semakin jengkel dan kesal terhadap adikku. Sambil menunggu
mereka bersiap-siap, aku menyiapkan sarapan untuk mereka. Setelah mereka
bersiap-siap dan sarapan, akupun mengantar mereka ke sekolah. Untung saja
sekolah adik-adiku itu dekat dari rumah. Setelah mengantar mereka aku
membereskan ruangan-ruangan yang masih kotor. Tak terasa sudah jam 11. Itu artinya aku harus bersiap-siap
untuk sekolah. Akhirnya aku bisa melepas penatku ini walaupun hanya disekolah.
Tak terasa jam sudah menunjukan
pukul 17:35, akupun segera pulang kerumah. Sesampai dirumah bukan istirahat
yang aku lakukan. Tetapi kembali membereskan rumah dan mengangkat jemuran-jemuran
yang ada. Aku berpikir sejenak. "Ini
baru hari pertama. Bagaimana aku harus menghadapi semua ini selama 2 minggu
lamanya?" Pukul 19:15 aku baru selesai membereskan rumah tersebut.
Capek. Hanya itu yang bisa aku ungkapkan. Karena didalam pikiran ku hanya ada
kata itu dan itu. Setelah itu aku baru bisa istirahat.
Hari kedua sama seperti hari kemarin, tetapi hari kedua
lebih melelahkan. Mungkin faktor habis pulang dari sekolah, terus ngeliat rumah
berantakan. Jadi bawaannya marah-marah mulu -_-
"Aqilah, tutup gorden sama nyalakan lampu di depan!" perintahku
kepada adik kedua ku itu. "Iya
mbak." jawabnya. Dia cuma bilang iya aja tapi gak dikerjakan. 3 kali
aku menyuruhnya tapi gak di kerjakan juga. Dan akhirnya aku sendirilah yang
menutup gorden dan menyalakan lampu setelah semua pekerjaan yang aku lakukan
itu selesai. "Capek woy capek! Kamu
cuma aku suruh begitu aja gak mau di kerjakan. Kalau kamu ngurus dirimu sendiri
emang bisa?! Emang kamu mau semua pekerjaan rumah ini apa?! Enggak kan!"
gumamku dalam hati. Perasaan kesal, marah dan apapun yang bersifat negatif
semuanya ada padaku saat itu. Biasanya aku bangun jam 8 dan yang masih
bersantai-santai sambil menunggu waktu sekolah, kini harus bangun lebih awal
untuk membangunkan kedua adikku, membuatkannya sarapan dan mengantarnya pergi
kesekolah. Yang biasanya setelah pulang sekolah aku langsung mandi dan
beristirahat, sekarang harus mengurusin pekerjaan rumah dan mengajarkan adikku
pelajaran yang besok akan dia pelajari. Waktu istirahatku gak sebanyak kemaren-kemaren
lagi, sampai-sampai aku tak memikiki waktu untuk belajar lagi. Seketika aku
teringat tentang dua mata pelajaran yang besok akan mengadakan ulangan harian.
Tapi aku belum belajar satupun dari
kedua mata pelajaran tersebut. Hingga keesokan harinya aku tak sempat membereskan rumah karena ada jam pelajaran
pagi. Dari jam 7 pagi aku sudah memulai materi pembelajaranku, dan aku tiba
dirumah pukul 11:17. Memang sepertinya aku masih punya banyak waktu untuk belajar.
Tetapi semua itu tidak terasa karena rumah yang tadi pagi aku tinggalkan itu
masih berantakan. Pfttt, sepadat ini kah jadwalku?
Sesampai di sekolah aku langsung membuka buku dan mencari
waktu yang kosong untuk belajar. Yaa, walaupun cara seperti itu aku yakin
hasilnya tidak maksimal, tapi tak apalah daripada tidak belajar. Beruntung
ulangan pertama dan kedua telah aku lewati. Semuanya aku kerjakan dengan
lancar. Tinggal menunggu hasilnya saja lagi.
Bel sekolah sudah bunyi dan
artinya aku sudah boleh pulang. Hampir terlupakan tentang semua pekerjaan
beserta isi rumah itu! Mungkin faktor capek sehingga amarah itu kian naik.
Lagi-lagi aku harus mengerjakan ini, lagi-lagi aku harus mengerjakan itu.
Hingga hari itu aku terjatuh sakit dan tetap harus melaksanakan tugasku itu.
Seketika aku merenung. "Aku yang
baru ditinggal sama mama 2 minggu aja udah ngomel-ngomel mulu, apalagi mama
yang setiap hari melakukan semua pekerjaan itu?" disitu aku berpikir,
betapa besar jasa seorang ibu. Aku tak pernah mendengar mamaku mengeluh. Dulu
aku juga pernah seperti adikku yang apabila disuruh selalu membantah, beribu
alasan pula yang aku keluarkan agar ibuku itu tidak jadi menyuruhku. Aku juga
pernah bermalas-malasan pada saat dibangunkan pagi. Sekarang aku tau bagaimana
rasanya menjadi seorang ibu yang tak kenal lelah.
Walaupun dirumahku terdapat
seorang pembantu tetapi ibuku tidak mau membebankan semua kepadanya. “ma, buat apa ada pembantu kalau kita masih
mengurusi pekerjaan rumah?” kataku. “Coba
kamu bayangkan seandainya kamu yang jadi pembantu, gimana rasanya kalau kamu
mengurusi semua pekerjaan rumah sementara yang punya rumah ini gak pernah
mengurusinya.” Sahut ibuku. Dulu aku
Cuma meremehkan pekerjaan-pekerjaan itu . “Cuma
nyuci piring kok masih nyuruh aku sih, aku kan baru pulang sekolah. Kan masih
ada embak yang bisa disuruh. Mama emang gak pernah ngertiin perasaanku.” Dulu aku pernah berpemikiran seperti itu. Ternyata
pemikiranku selama ini tentang itu semua salah.
Jangan hanya mengharapkan
seseorang, karena selagi kita masih bisa membantu meringankan beban orang lain,
kenapa kita tidak membantunya? Ibu maafkan aku yang pernah membuatmu marah
walaupun amarahmu itu tak kamu perlihatkan kepadaku. Begitu tegarnya dirimu
mengurus semua pekerjaan ini selama berhari-hari, bulan bahkan tahun. Maafkan aku ibu.
“Jangan mengelak
apabila orangtuamu yang menyuruh, walaupun itu hal yang sangat berat. Karena
kita tidak tahu betapa banyak pekerjaan yang mereka kerjakan dibelakang kita”
0 comments:
Posting Komentar