"Bete
nih, kapan sih pelajaran ini selesai? Aku udah laper nih!" Ujar Nana.
"Iya nih, pelajaran pak Sahar ini selalu bikin ngantuk tau nggak!"
sahutku. Setelah melihat kearah jam tangan pink yang di kenakannya, Nanapun
bergegas membereskan pelajaran yang ada diatas mejanya itu dan berkata
"Nis,
sebentar lagi udah mau istirahat nih!" "yaudah, kalau begitu aku juga mau beresin buku-buku yg ada di mejaku ini deh." tak lama istirahatpun berbunyi, aku dan Nana langsung menuju kantin karena merasa bosan dengan pelajaran Ipa dan sudah tidak bisa menahan rasa lapar yang dari tadi iya rasakan. Di kantin aku dan Nana punya menu favorit yaitu, nasi gorengnya ibu Sri. Walaupun dikantin tersebut yang menjual nasi goreng bukan hanya disitu saja, tetapi entah mengapa bagiku nasi goreng yang dibuat oleh ibu Sri itu lebih enak. Saat menunggu pesanan favoritku itu, aku melihat Seorang lelaki yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Dengan jambulnya yang mempesona, pria itu lewat di depanku. Saat aku melihat dirinya, aku rasa pria itu berbeda dengan pria-pria lainnya. Dia terlihat dingin dengan orang-orang disekitarnya. Dan bukan hari itu saja aku melihat sikapnya seperti itu, tetapi hari-hari berikutnya aku selalu bertemu dia di kantin dan dengan sikap dinginnya itu. Karena sikapnya tersebut, aku mulai tertarik untuk mencari tau tentang dirinya.
sebentar lagi udah mau istirahat nih!" "yaudah, kalau begitu aku juga mau beresin buku-buku yg ada di mejaku ini deh." tak lama istirahatpun berbunyi, aku dan Nana langsung menuju kantin karena merasa bosan dengan pelajaran Ipa dan sudah tidak bisa menahan rasa lapar yang dari tadi iya rasakan. Di kantin aku dan Nana punya menu favorit yaitu, nasi gorengnya ibu Sri. Walaupun dikantin tersebut yang menjual nasi goreng bukan hanya disitu saja, tetapi entah mengapa bagiku nasi goreng yang dibuat oleh ibu Sri itu lebih enak. Saat menunggu pesanan favoritku itu, aku melihat Seorang lelaki yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Dengan jambulnya yang mempesona, pria itu lewat di depanku. Saat aku melihat dirinya, aku rasa pria itu berbeda dengan pria-pria lainnya. Dia terlihat dingin dengan orang-orang disekitarnya. Dan bukan hari itu saja aku melihat sikapnya seperti itu, tetapi hari-hari berikutnya aku selalu bertemu dia di kantin dan dengan sikap dinginnya itu. Karena sikapnya tersebut, aku mulai tertarik untuk mencari tau tentang dirinya.
Aku
bertanya kepada Nana apakah dia mengenali pria itu. Ternyata nama pria itu
adalah El, dia kelas 11A. Sayangnya hanya itu yang Nana tau dari dirinya. Aku
mulai mencari tau lebih banyak tentang dirinya kepada teman sekelasnya, Reza.
Dari Reza aku mendapatkan banyak informasi tentang dirinya. Nama lengkapnya
adalah Marchel Nugraha dan dia itu Atlit tennis."Sebenarnya El itu baik,
untuk orang yang belum mengenalnya pasti mereka berkata bahwa El itu adalah
tipe orang yang dingin. Dia memang dingin, tapi dia akan berubah menjadi ramah
kepada orang-orang yang dia kenal" ujar Reza.
Keesokannya aku bersama Nana pergi ke kantin dan membeli Nasi Goreng pastinya, tak
sengaja aku melihat El sedang berdiri di depan kantin. Nampaknya ia sedang
memesan makanan. Dengan khas jambul dan tangannya yang memegang saku
celana itu aku masih kurang yakin bahwa dibalik sikap dinginnya itu dia adalah
seseorang yang ramah. Aku berjalan menuju tempat duduk sambil asyik
bercerita, tak sengaja aku menabrak dirinya. Akupun tersentak kaget dan
langsung meminta maaf kepadanya. Tapi dia hanya tersenyum lalu meninggalkanku
begitu saja. Baru saat itu aku melihat senyumnya yang manis dengan lesung pipi
yang dimilikinya.
Karena
jam sudah menunjukan angka 10, berarti itu adalah waktu untuk tidur. Saat aku
menarik selimut, Hp ku bergetar. Akupun heran siapa yang mengirim pesan
malam-malam begini. Ternyata isi pesan itu hanyalah sepatah kata,
"Maaf" dan pengirimnya pun adalah nomor yang tak dikenal. Karena aku
penasaran siapa pengirimnya, aku membalas pesan tersebut dengan menanyakan
siapa dirinya. Ternyata dia adalah El. Aku bingung mengapa dia mengirim pesan
seperti itu, ternyata karena masalah tadi siang di kantin. Mulai dari situ kita
mulai akrab. Ternyata apa yang dikatakan oleh Reza itu benar. El bukanlah orang
yang seperti aku kira. Dia sangat baik dan ramah kepadaku. Hari berganti hari
dan aku dan dia semakin akrab dan akhirnya kita menjalin hubungan lebih dari
teman. Bulan pertama hubungan kami baik-baik saja begitu pula dengan
bulan-bulan selanjutnya. Sampai akhirnya ada satu kendala yang membuat kami
tidak tinggal dalam satu kota lagi. Aku terpaksa pergi bersama keluargaku ke
luar kota karena ayahku ditugaskan oleh atasannya bekerja di lain daerah.
Walaupun begitu, hubungan ku dengan El tetap berlanjut. "Long Distance
Relationship" ya, mungkin itu yang terjadi pada diriku dengan El. Tetapi
aku selalu yakin bahwa hubungan kita akan langgeng. Sebulan berlalu, dua bulan
berlalu dan kami masih menjalinnya. Tetapi entah mengapa akhir-akhir ini El
sangat susah untuk di hubungin. Aku mecoba berpikir positif ,mungkin handphone yang dia gunakan
rusak. Bulan berganti bulan aku tidak mendapat kabar tentang dirinya. Hingga
akhirnya aku mencoba untuk ikhlas melupakan dirinya.
***
Hari
ini tanggal 25 juli, bertepatan dengan ulang tahun El. Walaupun aku sudah
mencoba untuk melupakan dirinya, bayang-bayang dirinya terus menghantui diriku.
Aku membeli sebuah kado untuk El dan aku mengirimkan kado itu kerumahnya. Entah
kado itu dia buka atau tidak, dan semoga dia mengerti apa yang aku rasakan saat
ini.
0 comments:
Posting Komentar