Rabu, 15 Agustus 2012

Dia itu Kamu

                "Bete nih, kapan sih pelajaran ini selesai? Aku udah laper nih!" Ujar Nana. "Iya nih, pelajaran pak Sahar ini selalu bikin ngantuk tau nggak!" sahutku. Setelah melihat kearah jam tangan pink yang di kenakannya, Nanapun bergegas membereskan pelajaran yang ada diatas mejanya itu dan berkata "Nis,
sebentar lagi udah mau istirahat nih!" "yaudah, kalau begitu aku juga mau beresin buku-buku yg ada di mejaku ini deh." tak lama istirahatpun berbunyi, aku dan Nana langsung menuju kantin karena merasa bosan dengan pelajaran Ipa dan sudah tidak bisa menahan rasa lapar yang dari tadi iya rasakan. Di kantin aku dan Nana punya menu favorit yaitu, nasi gorengnya ibu Sri. Walaupun dikantin tersebut yang menjual nasi goreng bukan hanya disitu saja, tetapi entah mengapa bagiku nasi goreng yang dibuat oleh ibu Sri itu lebih enak. Saat menunggu pesanan favoritku itu, aku melihat Seorang lelaki yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Dengan jambulnya yang mempesona, pria itu lewat di depanku. Saat aku melihat dirinya, aku rasa pria itu berbeda dengan pria-pria lainnya. Dia terlihat dingin dengan orang-orang disekitarnya. Dan bukan hari itu saja aku melihat sikapnya seperti itu, tetapi hari-hari berikutnya aku selalu bertemu dia di kantin dan dengan sikap dinginnya itu. Karena sikapnya tersebut, aku mulai tertarik untuk mencari tau tentang dirinya.
           Aku bertanya kepada Nana apakah dia mengenali pria itu. Ternyata nama pria itu adalah El, dia kelas 11A. Sayangnya hanya itu yang Nana tau dari dirinya. Aku mulai mencari tau lebih banyak tentang dirinya kepada teman sekelasnya, Reza. Dari Reza aku mendapatkan banyak informasi tentang dirinya. Nama lengkapnya adalah Marchel Nugraha dan dia itu Atlit tennis."Sebenarnya El itu baik, untuk orang yang belum mengenalnya pasti mereka berkata bahwa El itu adalah tipe orang yang dingin. Dia memang dingin, tapi dia akan berubah menjadi ramah kepada orang-orang yang dia kenal" ujar Reza.
         Keesokannya aku bersama Nana pergi ke kantin dan  membeli Nasi Goreng pastinya, tak sengaja aku melihat El sedang berdiri di depan kantin. Nampaknya ia sedang memesan makanan. Dengan khas jambul dan tangannya yang memegang saku celana itu aku masih kurang yakin bahwa dibalik sikap dinginnya itu dia adalah seseorang yang ramah. Aku berjalan menuju tempat duduk sambil asyik bercerita, tak sengaja aku menabrak dirinya. Akupun tersentak kaget dan langsung meminta maaf kepadanya. Tapi dia hanya tersenyum lalu meninggalkanku begitu saja. Baru saat itu aku melihat senyumnya yang manis dengan lesung pipi yang dimilikinya.
           Karena jam sudah menunjukan angka 10, berarti itu adalah waktu untuk tidur. Saat aku menarik selimut, Hp ku bergetar. Akupun heran siapa yang mengirim pesan malam-malam begini. Ternyata isi pesan itu hanyalah sepatah kata, "Maaf" dan pengirimnya pun adalah nomor yang tak dikenal. Karena aku penasaran siapa pengirimnya, aku membalas pesan tersebut dengan menanyakan siapa dirinya. Ternyata dia adalah El. Aku bingung mengapa dia mengirim pesan seperti itu, ternyata karena masalah tadi siang di kantin. Mulai dari situ kita mulai akrab. Ternyata apa yang dikatakan oleh Reza itu benar. El bukanlah orang yang seperti aku kira. Dia sangat baik dan ramah kepadaku. Hari berganti hari dan aku dan dia semakin akrab dan akhirnya kita menjalin hubungan lebih dari teman. Bulan pertama hubungan kami baik-baik saja begitu pula dengan bulan-bulan selanjutnya. Sampai akhirnya ada satu kendala yang membuat kami tidak tinggal dalam satu kota lagi. Aku terpaksa pergi bersama keluargaku ke luar kota karena ayahku ditugaskan oleh atasannya bekerja di lain daerah. Walaupun begitu, hubungan ku dengan El tetap berlanjut. "Long Distance Relationship" ya, mungkin itu yang terjadi pada diriku dengan El. Tetapi aku selalu yakin bahwa hubungan kita akan langgeng. Sebulan berlalu, dua bulan berlalu dan kami masih menjalinnya. Tetapi entah mengapa akhir-akhir ini El sangat susah untuk di hubungin. Aku mecoba berpikir positif ,mungkin handphone yang dia gunakan rusak. Bulan berganti bulan aku tidak mendapat kabar tentang dirinya. Hingga akhirnya aku mencoba untuk ikhlas melupakan dirinya.

***
Hari ini tanggal 25 juli, bertepatan dengan ulang tahun El. Walaupun aku sudah mencoba untuk melupakan dirinya, bayang-bayang dirinya terus menghantui diriku. Aku membeli sebuah kado untuk El dan aku mengirimkan kado itu kerumahnya. Entah kado itu dia buka atau tidak, dan semoga dia mengerti apa yang aku rasakan saat ini.

0 comments:

Posting Komentar

Design by: Ghina Rahimah. Diberdayakan oleh Blogger.